Senin, 11 April 2016

Asin

hiruk pekik gaung dayu
di laut puyang gelombang seterpa
dengan sekali kelebat layar
pelabuh karam memecah kerat
entah bicara pada semilir, kah?
akui sesisi sejuring samudera
ikan cuma tahu renang menari
garam hingga sebening salju
kentara seperti jauhnya langit
merindukan matahari

09-04-16  8:11 pm
begini amat ya nasib.  


Menulis juga butuh tenaga. Selama ini aku nggak ke mana-mana. Cuma berlari di roda yang sama. Sendirian.
Thanks, belakangan ini kita bisa ngobrol lagi, biarpun cuma via telefon. Tahun lalu, kamu yang rajin ngelakuin itu. Aku bisa hapal karena riwayat panggilan kamu aku catet. Iseng, aku tempel di dinding kamar. Terakhir kali kita ketemu, Juni tahun lalu. Kamu keren banget, as always. Sejak itu, kita jadi masing-masing, sibuk sendiri. Kamu balik ke "penjara". Sementara aku, udah gak punya HP yang memadai untuk bisa chat sama kamu setelah itu. Kamu juga udah tahu itu, kan? Makanya aku selalu bilang, menulis juga butuh tenaga karena apalagi yang bisa kita lakukan ketika tak bisa bicara?.

Belakangan, kita udah beberapa kali telefonan. Aku seneng banget denger cerita-cerita kamu, kebiasaan lama yang gak pernah bisa hilang. Dan gak mau aku hilangin.
Aku pernah bilang, kan? Meskipun aku di sini ketemu orang banyak, sama-sama dengan mereka, tapi ketika sendirian, aku bener-bener kesepian.
Gak ada sahabat yang ngisi waktu kosong aku, selain pulpen, spidol, dan kertas. Dan kamu. Ha ha! Jangan terbang ya..
Gen, menulis juga butuh kekuatan. Tetap kuat ya di sana! Aku bakal usaha supaya jangan kamu yang balik ke sini. Tapi aku yang bakal nyusul ke sana. Semangat!
  
Lain waktu, telefon aku dari wartel lagi, OK? OK. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar